CAHAYA DAN KEGELAPAN
DALAM AYAT-AYAT METAMORFOSIS QUR’ANI
DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA
Abstract. The dualism of light/darkness is a symbolic formula of morality is the manifestation of morality and of the intellect. Whiles, darkness corresponds to primigenial chaos and it-is-also related to mystic nothingness. This article aims at describing metaphorical meanings of the light/darkness in the Quranic verses and their translation in Indonesian language. I conclude that there are various meanings of the light as well as darkness and their translation can be classified into three types: same metaphor, same metaphor combined with sense and only sense.
Istilah metafora telah lama dipergunakan untuk arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, metafora adalah bentuk kiasan di antara bentuk-bentuk kiasan yang lain, yaitu metonimi, sinekdoke, hiperbol dan sebagainya. Metafora dalam arti luas mencakup semua bentuk kiasan tersebut (Noth dalam Paprotte dan Dirven 1985:1). Dalam bahasa Arab, metafora dapat dipadankan dengan majaz, dalam arti luas istilah ini diperkenalkan oleh Abu Ubaidah dalam bukunya majaz al-Qur’an (Hassan 1982: 364) dan dalam arti sempit diperkenalkan oleh Abdul Qohir al-Jurjani dalam bukunya Asror Al-balaghah (Al-As’ad 1985:42).
Cahaya dianggap sebagai manifestasi moralitas dan intelektualitas, sementara kegelapan merupakan kekacauan dan juga berkaitan dengan mistik ketiadaan (Cirlot 1971:187-188). Dualisme cahaya-kegelapan dalam arti luas dari ayat-ayat Al-Qur’an akan dikaji dari interpretasinya menurut ahli Tafsir dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Sumber data terjemahannya adalah Al-Qur’an dan Terjemahannya oleh tim penerjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI yang telah direvisi dan diterbitkan atas kerja sama dengan Kerajaan Arab Saudi (1990). Terjemahan ini dipilih karena dua alasan, yaitu (1) dianggap telah dikerjakan dengan cermat oleh tim penerjemah dan (2) karena terjemahan al-Qur’an ini bersifat resmi (official translation) dan penyebarannya meluas di seluruh tanah air. Sebagai landasan teoritis, tulisan ini didahului oleh model konseptual penelusuran metafora.
- Model Konseptual Penelusuran Metafora
Dengan berpijak pada beberapa tafsir al-Qur’an, pemilihan ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yang mengandung makna harfiah dan makna metaforis dapat dilakukan.
Terdapat ayat-ayat mutasyabihat, beberapa aliran dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu tidak mengakui dan mengakui yang mencakup noninterpretasi dan kelompok interpretasi. Rincian masing-masing kelompok tersebut adalah (1) yang tidak mengakui adanya ayat-ayat mutasyabihat adalah kelompok Mu’atillah dan Jahmiyyah; dan (2) kelompok yang mengakui mencakup (a) kelompok non interpretasi: Mujassimah yang memahami ayat sesuai makna harfiahnya sehingga menganggap bahwa Tuhan serupa dengan makhluk, Ibnu Taimiyah yang memahami makna ayat sesuai makna harfiah dengan catatan bahwa Tuhan tidak serupa dengan makhluk dan ahlus Sunnah Salaf yang berkeyakinan bahwa Tuhan tidak serupa dengan makhluk sehingga makna harfiah ayat-ayat mutasyabihat tidak mungkin dipergunakan, mereka menyerahkan sepenuhnya apa makna ayat-ayat tersebut kepada Allah dan tidak memberikan interpretasi apapun; dan (b) kelompok interpretasi: Mu’tazilah yang menginterpretasikan ayat mutasyabihat, tetapi tidak mengakui adanya sifat-sifat Tuhan, dan Ahlus Sunnah Khalaf yang menginterpretasikan ayat-ayat mutasyabihat dan mengakui adanya sifat-sifat Tuhan. Metafora dalam kajian ini dihasilkan dari kelompok interpretasi, Mu’tazilah dan Ahlus Sunnah Khalaf melalui beberapa tafsir mereka.
- Interpretasi Ayat-ayat Metaforis
- /nu:r/ ‘cahaya’ (19 ayat)
- /zuluma:t/ ‘kegelapan’ (5 ayat)
- Bencana (4 ayat)
- Anugerah (1 ayat)
Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan Kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? (Depag 1990:746).
Janin yang dalam bahasa Al-Qur’an dinyatakan berada dalam tiga kegelapan yang diinterpretasikan dengan berada dalam perut, rahim dan plasenta (al-Zamakhsyari tt., III:388, al-Bagawi 1986, IV:72). Qutub menyatakan bahwa tiga kegelapan tersebut adalah kegelapan plasenta sebagai pembungkus janin, kegelapan rahim tempa menetap janin dan kegelapan perut sebagai wadah rahim (Qutub 1990, IX: 303). Interpretasi semacam ini, menurut saya, mengacu pada makna detonasi karena keadaan janin tersebut berada dalam kegelapan berlapis tiga, perut, rahim dan plasenta. Sementara itu, janin tercukupi segala yang dibutuhkan, makanan, pernapasan, suhu yang stabil, dan pembuangan sisa makanan (Bobak dan Jensen 1993). Selain itu, ia memiliki keleluasaan bergerak dalam plasenta dan tidak terganggu oleh gerakan ibu. Dengan demikian, makna metaforis yang terkandung dalam ayat di atas, menurut saya, adalah anugerah berupa proteksi, ketenangan dan kenyamanan janin di dalam rahim ibu.
- Gabungan /nu:r-zuluma:t/’cahaya-kegelapan’ (12 ayat)
- Analisis Terjemahan Metafora
- Mereproduksi citra (image) yang sama dalam Bsa, dengan syarat citra tersebut memiliki frekuensi dan penggunaan yang sebanding dalam ragam bahasa yang sesuai.
- Penerjemah bisa menggantikan citra dalam Bsu dengan citra yang baku dalam Bsa yang tidak bertentangan dengan kultur Bsa tetapi sebagai metafora (stock metaphor), peribahasa dan seterusnya, mungkin saja diciptakan oleh seseorang dan dipopulerkan melalui pidato populer, tulisan dan media lain.
- Penerjemahan metafora dengan simile dengan cara mempertahankan citra.
- Penerjemahan metafora atau simile dengan simile ditambah makna atau kadang-kadang metafora ditambah makna.
- Pengubahan metafora menjadi makna.
- Jika metafora tersebut tumpang tindih atau tak diperlukan (otiose), ada alasan untuk menghilangkannya bersama-sama dengan komponen makna, dengan syarat teks bahasa sumber bukan authoritative atau expressive (yakni khususnya suatu ungkapan kepribadian penulis).
- Metafora yang sama digabung dengan makna.
- Metafora dapat dipertahankan, jika kedengarannya wajar dan jelas bagi pembacanya.
- Metafora dapat diterjemahkan sebagai simile, yaitu dengan menambahkan kata seperti, bagai, bagaikan dan lain-lain.
- Metafora bahasa sumber dapat digantikan dengan metafora bahasa sasaran yang mempunyai makna yang sama.
- Metafora dapat dipertahankan dengan menerangkan maknanya atau menambahkan topik an/atau titik kemiripannya.
- Makna metafora dapat dijelaskan tanpa menggunakan citra metaforisnya.
- /nu:r/ ‘cahaya’ (19 ayat)
Kedua, terjemahan metafora + makna ditemukan sebanyak 9 kali yang interpretasinya meliputi Allah Pemberi Cahaya langit dan bumi 1 metafora, agama Islam 2 metafora, Kitab Suci secara umum 1 metafora, Al-Qur’an 3 metafora, Nabi Muhammad Saw 1 metafora dan keadilan Allah Swt 1 metafora. Ketiga, terjemahan berupa makna ditemukan 3 kali, yakni yang berkaitan dengan Kitab Suci secara umum 1 metafora, dan Taurat, Zabur dan Injil 2 metafora.
- /zuluma:t/ ‘kegelapan’ (5 ayat)
- Gabungan /nu:r-zuluma:t/ ‘cahaya-kegelapan’ (12 ayat)
- Penutup
Pustaka Acuan
Al-Baghawi, Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Farra’ Al-Syafi’i.
- Tafsir Al-BaghawiAl-Musamma Ma’alim Al-Tanzil. Beirut Libanon: Dar Al-Ma’rifah.
- Ahadits fi Tarikhi Al-balaghah wa fi Ba’dhi Qadhayaha. Riyadh: Dar El-Ulum.
- Al-Kasysyaf ‘an Haqaiq al-tanzil wa ‘uyuni al-‘aqawi fi Wujuhi al-ta’wil. ‘Tafsir Al-Qur’an’. Beirut: Dar Al-Ma’rifah.
- “The Nurse and the Family” dalam Maternity and Gynecologic Care. Fifth edition. Missouri USA. Mosby st Louis.
- A Dictionary of Symbols, Second Edition. New York: Philosophical Library.
- Al- Ushul: Dirasah Epitimulujiyah li Al-Fikri Al-lughawi ‘Inda Al-arab, Nahwu-Fiqhu Lughah-Balaghah. Egypt: Al-Haiah Al-Mishriyyah Alammah li Al-Kitab.
- Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadahan Antar Bahasa. Terj. Kencanawati Taniran dari “Meaning Based Translation, A Guide to Cross-language Equivalence”. Jakarta: Penerbit Arcan.
- Approaches to Translation. New York: Pengamon Press.
- “Semiotic Aspects of Metaphor” dalam The Ubiquity of Metaphor: Metaphor in Language and Thought. Edited by Wolf Paprotte dan Rene Dirven. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
- Fi Dzilal Al-Qur’an. Tafsir Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Syuruq.
No comments:
Post a Comment