PENYELARASAN MATERI DAN MODEL RPP BAHASA ARAB UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Abstract:
School-based Curriculum known in Indonesia as Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), including that for the teaching of Arabic at Primary
and Secondary Schools needs straightening up to avoid the inherent
overlaps. In order to minimize the overlaps, this essay proposes the
utilization of the three-staged model proposed by Krashen and Terell
(1983) for the writing of list of topics and situations in the teaching
of Arabic. This article is also intended to assist Arabic teachers
devise Lesson Plan (known in the Indonesian context as RPP) for the
teaching of Arabic in both Primary and Secondary levels of educationKey words: School-based Curriculum (KTSP), Lesson Plan (RPP), Arabic teaching
Bahasa Arab termasuk mata pelajaran yang banyak diajarkan di sekolah. Di lingkungan Departemen Agama, bahasa Arab wajib di-ajarkan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, bahasa Arab disajikan sebagai bahasa asing pilihan untuk SLTA. Bahkan di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan organisasi keagamaan tertentu, bahasa Arab wajib diajarkan di tingkat SD, SLTP dan SLTA.
Melihat betapa pentingnya bahasa Arab dalam dunia pendidikan di Indonesia, bahasa ini perlu mendapat perhatian untuk dikaji dan dikembangkan pengajarannya. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengajaran bahasa Arab di Indonesia menghadapi banyak kendala yang perlu dicarikan jalan keluamya baik di MI (Khasairi dkk. 2002), MTs (Khasairi dan Kholisin 2003), maupun di MA (Maslichah dkk. 2002).
Sebagai penyempurnaan kurikulum 2004 (KBK), KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Departemen Pendidikan Nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010 semua sekolah telah melaksanakan KTSP. Dalam kaitan ini, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah membuat panduan penyusunan KTSP sebagi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB, MA-/MA/SMALB, dan SMK/MAK (Muslich 2007a: 10). KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan; (5) belajar sepanjang hayat; dan (6) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Komponen KTSP ada empat, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP; (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Muslich 2007a: 11-12).
Artikel ini akan mengkaji Kurikulum Bidang Studi Bahasa Arab dari segi keselarasan materi pada setiap tingkat satuan pendidikan, MI, MTs, maupun di MA serta mengusulkan format penulisan RPP.
ANALISIS KURIKULUM
Apabila dikaji, Kurikulum 2004 berisi Standar Kompetensi MI, MTs, dan MA untuk pelajaran bahasa Arab, Standar Kompetensi Bahan Kajian terdiri atas empat keterampilan: menyimak, berbicara, mem-baca dan menulis. Dalam ruang lingkup disebutkan bahwa untuk MI kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah 300 kosakata dan ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik di lingkungan madrasah maupun di rumah (Depag 2004a: 142-143).
Pada jenjang Tsanawiyah, kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah sekitar 700 kata dan ung-kapan/idiom, dengan rincian 100 kata pada masing-masing semester pada kelas VII, 250 kosakata pada masing-masing kelas VIII dan IX. 700 kosa kata bersifat komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang berkenaan dengan lingkungan madrasah dan rumah serta yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, dan akhlaq (Depag 2004b: 125).
Khusus jenjang Aliyah, terdapat kerancuan dalam penyebutan jumlah dan rinciannya. Dalam tujuan (Depag 2005:145) disebutkan 1500 kosakata lebih dalam ber-bagai bentuk kata dan pola kalimat yang diprogramkan meliputi tema tentang kegiatan sehari-hari dan kajian keislaman. Rasionalisasi penguasaan 1500 kosakata te-rsebut adalah 300 kata pada jenjang Ibtidaiyah dan 700 kata pada jenjang Tsanawiyah, serta 750 kosakata pada jenjang Aliyah (Depag 2005:145). Di sini terjadi ketidaksinkronan antara jumlah pertama (1500 kosakata) dan jumlah dari rincian (1750 kosakata).
Masih jenjang Aliyah, dalam Bab IE Standar Kompetensi Bahan Kajian (Depag 2005:147) disebutkan 'kosakata yang perlu dikuasai secara kumulatif berjumlah sekitar 1500 kosakata dan ungkapan/idiom, dengan rincian 250 kosakata pada masing-masing semester, jadi 500 kosakata pada masing-masing kelas, sehingga dalam 6 semester peserta didik sudah menguasai sekitar 1500 kosa kata baru yang berkaitan dengan kajian keagamaan dan kemasyarakatan. Sementara itu, dalam Bab II Standar Kompetensi disebutkan Kelas X 250 kosakata, Kelas XI 250 kosakata dan Kelas XII 250 kosakata. Jumlah kumulatif 750 kosakata. Tampaknya jumlah kosakata yang perlu dikuasai di jenjang Aliyah yang benar adalah 750 bukan 1500. Secara keseluruhan, tema dan jumlah kosakata pada masing-masing jenjang adalah sebagai berikut.
Tabel 1
Tema dan Jumlah Kosakata
Di semua Tingkat Satuan Pendidikan
Tingkat Satuan Pendidikan | Kelas | Tema | Jumlah Kosakata | |
Per ketas | Total | |||
Madrasah Ibtidaiyah | IV | Perkenalan (1), peralatan sekolah, perkenalan (2), bcberapa barang di sekolah, profesi, memperkenalkan diri, keluarga teman, memperkenalkan keluarga dan alamat | 9 tema@ 10 kosakata = 90 kosakata | 278 |
V | di dalam kelas, taman rumah, ruang keluarga, di dalam kelas, perpustakaan sekolah, taman kota, toko buku, ruang belajar, anggota badan, dan menjenguk orang sakit | 10 tema @ 10 kosakata = 100 kosakata | ||
VI | berbicara, apa yang kamu ihginkan, kamu mengerjakan apa, perintah, nomor, pekerjaan rumah, kapan kamu mengerjakannya? jam berapa? | 8 tema @ 11 kosakata = 88 kosakata | ||
Madrasah Tsanawiyah | VII | perkenalan (1), perkenalan (2), peralatan sekolah, memperkenalkan keluarga, kelas, di kantor, di perpustakaan, di rumah, di taman, perintah, alamat | 11 tema @ 20 kosakata = 220 kosakata | 695 |
VIII | Jam berapa? Belajar bahasa Arab, kegiatan sehari-hari, pergi ke sekolah, bagaimana kita berwudlu, bagaimana kita sholat, kita belajar hitung, perpustakaan sekolah, sepak bola, profesi | 10 tema @ 25 kosakata = 250 kosakata | ||
IX | Peringatan Maulid Nabi saw, puasa Ramadlon, Idul Fitri, acara perayaan, bulan-bulan Qomariyah, Pencipta alam, zakat, haji, sekolah kita | 9 tema @ 25 kosakata = 225 kosakata | ||
Madrasah Aliyah | X | perkenalan, kehidupan keluarga, hobi dan pekerjaan | 250 kosakata | 759 |
XI | remaja, kesehatan, fasilitas umum dan pariwisata | 250 kosakata | ||
XII | kebudayaan, tokoh-tokoh Islam, wawasan umum dan kisah-kisah Islami | 250 kosakata | ||
Total Kosakata MI, MTs, MA | 1723 |
Dari paparan tentang Kurikulum bahasa Arab di atas, ditemukan tiga hal. Pertama, dalam Kurikulum MI disebutkan "siswa MI diharapkan menguasai 300 kosakata dan ungkapan/idiom yang komunikatif dan tinggi frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik di lingkungan madrasah maupun di rumah." Ungkapan penggunaan kata yang komunikatif di sini kurang tepat karena kata komunikatif hanya berkaitan dengan konteks dan bukan sekedar kosakata. Di samping itu, jumlah kosakata sesuai rincian per kelas hanya 278 kosakata. Dengan demikian, dalam KTSP terdapat ketidaksinkronan antara jumlah dan rincian per kelas.
Kedua, dalam semua tingkatan pedidikan di atas, tema tentang kegiatan rehari-hari selalu disebutkan, sehingga kemungkinan besar akan terjadi tumpang tindih penggunaan kosakata. Sejumlah kosakata yang diajarkan di MI akan terulang di MTs dan MA tanpa adanya penambahan kosakata baru atau tambahan kosakata baru sangat minim. Dengan demikian, target perolehan sejumlah kosakata yang perlu dikuasai siswa tidak akan tercapai.
Ketiga, sebatas yang penulis ketahui, belum ada kejelasan tentang kosakata yang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Apakah jumlah kosakata itu mencakup isim, fi'il, huruf atau hanya isim dan fi'il yang dihitung. Demikian juga isytiqaq (derivasi), apakah semua kata yang berasal dari akar yang sama dihitung satu kosakata atau tidak.
Dengan mempertimbangkan masalah-masalah di atas, dalam rangka penyelarasan materi bahasa Arab dan agar materi bahasa Arab tidak tumpang tindih di tingkat pendidikan dasar dan menengah, penulis menganggap perlu adanya kajian tentang kosakata berdasarkan tema tertentu, sehingga dihasilkan daftar kosakata yang dapat dipakai sebagai pijakan. Selain itu, keluhan sebagian besar guru tentang rincinya unsur-unsur yang harus ada dan banyaknya RPP yang harus ditulis guru untuk satu mata pelajaran perlu mendapat perhatian yang serius dan dicarikan jalan keluarnya.
PENYELARASAN MATERI BAHASA ARAB
UNTUK MI, MTS, DAN MA
Materi pelajaran bahasa Arab terdiri atas komponen bahasa dan keterampilan bahasa. Komponen bahasa terdiri atas kosakata, bunyi, dan struktur. Sementara itu, keterampilan bahasa terdiri atas menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Penyelarasan materi dalam tulisan ini hanya berkaitan dengan komponen bahasa berupa kosakata yang dikaitkan dengan topik. Salah satu syarat agar target kurikulum matapelajaran bahasa Arab untuk pendidikan dasar dan menengah (MI, MTs, dan MA) berupa 1750 kosakata dapat terpenuhi, topik dan sejumlah kosakata untuk masing-masing tingkatan sekolah perlu ditentukan secara eksplisit.
Oleh karena itu, penulis mengusulkan (1) adanya kajian tentang kosakata berdasarkan topik tertentu, sehingga dihasilkan daftar kosakata yang dapat dipakai sebagai pijakan, dan (2) agar materi bahasa Arab tidak tumpang tindih, dalam merencanakan silabus, daftar topik, dan siruasi model Krashen dan Terell (1983) yang menggunakan tiga tahap sebagai dasar bagi pembelajaran pemula dapat dimanfaatkan dengan mempertimbangkan tema-tema keislaman untuk modifikasi. Berikut ini disajikan ketiga tahap itu yang mencakup pengenalan diri, penggunaan topik, dan siruasi yang dikenal. Dalam artikel ini, kajian tentang kosakata berdasarkan tema tertentu masih belum disajikan karena memerlukan pembahasan tersendiri.
Dalam merencanakan silabus yang komunikatif, Krashen dan Terrell (1983:73) menggunakan tiga tahap sebagai dasar bagi para pembelajar pemula. Ketiga tahap itu mencakup pengenalan diri (personalization), penggunaan topik, dan siruasi yang dikenal.
Tahap pertama terutama bertujuan untuk mengendorkan (lowering) filter afektif dengan cara memajankan pembelajar pada situasi-situasi yang dapat membuat mereka saling mengenal secara pribadi. Tahap ini disebut tahap identifikasi pribadi {identification stage). Siswa belajar bagaimana melukiskan diri, keluarga, dan teman-temannya dalam bahasa sasaran. Hal ini berarti bahwa mereka belajar bebicara tentang minat, studi, kesenangan, rencana-rencana masa depan, kehidupan-kehidupan sehari-hari, begitu juga topik-topik serupa yang dialami oleh teman-teman sekelas dan orang-orang yang dekat dengan mereka (dalam daftar topik dan situasi, topik I—V). Menurut Krashen dan Terell (1983), ini juga merupakan topik-topik yang mungkin sekali dibicarakan dengan para penutur asli dalam situasi nyata pada pertemuan-pertemuan pertama.
Tahap kedua dimaksudkan untuk menyajikan input yang terpahami (compre¬hensible input) bagi pembelajar tentang pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Mereka membicarakan tentang diri mereka, perjalanan, liburan, aneka ragam pengalaman, misalnya masa yang paling bahagia atau paling sedih. Mereka akan mengingat pengalaman-pengalaman mulai kanak-kanak sampai pengalaman-pengalaman di sekolah dasar dan sekolah lanjutan. Tahap kedua ini juga mencakup penggunaan bahasa sasaran dalam situasi-situasi umum yang mungkin dijumpai pada waktu bepergian atau tinggal di negara bahasa sasaran tersebut. Fokus tahap ini adalah meneruskan filter afektif (Topik VI—XII).
Tahap ketiga menyajikan input dan diskusi yang berkaitan dengan ide. Mereka berdiskusi tentang isu-isu politik, hak-hak kewargenaan, perkawinan, keluarga, dan lain sebagainya serta memperoleh kemam-puan untuk mengungkapkan pandangan-pandangan mereka (Topik XIII—XIV).
Daftar Topik dan Situasi Model Krashendan Terrell (1983:67-70)
Unit Pendahuluan: Belajar Memahami
Topik
- nama-nama
- deskripsi siswa (description of students)
- keluarga
- angka
- pakaian
- warna
- benda-benda dalam kelas
- ucapan selamat
- perintah-perintah dalam kelas
- Situasi siswa dalam Kelas
- indentitas pribadi (nama, alamat, nomor telephon, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tanggal lahir, status perkawinan)
- deskripsi lingkungan kampus (indentifikasi, deskripsi dan lokasi orang) dan benda-benda dalam kelas, deskripsi dan lokasi bangunan-bangunan
- matapelajaran
- memberitahu tentang waktu
- Rekreasi dan Aktivitas-Aktivitas Waktu Senggang
- kegiatan-kegiatan yang paling disenangi
- olaraga dan permainan
- iklim dan musim
- cuaca
- kegiatan-kegiatan musiman
- kegiatan-kegiatan hari libur
- pesta
- kecakapan/kemampuan
- minat terhadap kebudayaan dan seni
- olaraga, pertandingan
- Keluarga, Teman dan Kegiatan Sehari-hari
- keluarga dan family
- pernyataan-pernyataan tentang keadaan fisik
- pernyataan-pernyataan emosional
- kegiataan-kegiataan sehari-hari
- hari libur dan kegiataan-kegiataan liburan
- binatang piaraan
- perkenalan, menemui orang lain
- berkunjung ke family
- Rencana, Tugas dan Karir
- rencana-rencana dalam waktu dekat
- kegiatan-kegiatan secara umum untuk masa mendatang tugas
- harapan dan keinginan
- tempat bekerja
- karir dan pekerjaan
- tempat bekerja
- tugas-tugas dalam pekerjaan
- gaji dan uang
- wawancara pekerjaan
- berbicara tentang pekerjaan
- Tempat Tinggal
- tempat tinggal
- ruang-ruang yang ada dalam rumah
- perabot rumahtangga
- kegiatan-kegiatan di rumah
- hal-hal kerumahtanggaan
Situasi
- mencari tempat tinggal
- perpindahan
- Menceritakan Pengalaman-Pengalaman Lampau
- kejadiaan-kejadiaan yang baru berlaku
- kejadiaan-kejadiaan kemarin
- kejadiaan-kejadiaan hari libur mingguan
- hari-hari libur dan pesta
- bepergiaan dan liburan
- berbagi pengalamanan
- menceritakan pengalaman-pengalaman antarteman
- Kesehatan, Penyakit dan Keadaan Darurat
- bagian-bagian tubuh
- pernyataan-pernyataan tentang fisik
- pernyataan-pernyataan tentang mental dan suasana hati
- menjaga kesehatan
- profesi kesehatan
- obat dan penyakit
- pergi ke dokter
- rumah sakit
- wawancara kesehatan
- membeli obat
- keadaan darurat (kecelakaan)
- Makan
- Makanan
- Minuman
- memesan makanan di restoran
- berbelanja di supermarket
- menyiapkan makanan dengan resep
- Bepergian dan Trasnportasi
- geografi
- transportasi
- liburan
- pengalaman dalam perjalanan
- bahasa-bahasa
- pengalaman-pengalaman baru
- membeli bensin
- menukar uang
- pemeriksaan pabean
- mencari penginapan
- membeli tiket
- memesan tempat
- Berbelanja
- uang dan harga
- model
- hadiah
- hasil-hasil produksi
- menjual dan membeli
- berbelanja
- tawar-menawar
- Masa Muda
- pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak
- pengalaman-pengalaman di sekolah dasar
- pengalaman-pengalaman pada usia belasan tahun
- harapan dan kegiatan orang dewasa
- mengenang masa lalu bersama teman
- berbagi foto album
- melihat buku-buku tahunan sekolah
- Memberi Petunjuk dan Pelajaran
- memberi tugas di rumah
- mengajar di sekolah
- mengikuti peta
- mencari lokasi
- mengikuti latihan untuk pertandingan
- memberi undangan
- membuat perjanjian
- Nilai-Nilai/Etika
- keluarga
- persahabatan
- cinta
- perkawinan
- peran pria/wanita dan klise (sex role and stereotype)
- tujuan/cita-cita
- kepercayaan-kepercayaan agama
- Isu-Isu dan Peristiwa Sekarang
- masalah-masalah lingkungan
- isu-isu ekonomi
- pendidikan
- pekerjaan dan karir
- isu-isu etika
- politik
- Kriminal
- olaraga
- peristiwa-peristiwa sosial
- peristiwa-peristiwa kebudayaan
- kelompok-kelompok ninoritas
- ilmu pengetahuan dan kesehatan
- diskusi tentang siaran berita kemarin malam
- membicarakan film baru
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sebelum membicarakan RPP, ada baiknya disajikan terlebih dahulu empat azas pedagogis untuk membantu mendorong cara belajar dan mengajar menjadi lebih baik. Menurut Drost (2005:11-12), empat azas pedagogis tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, apabila suasana sekolah tertib, tidaklah sulit menentukan dengan tepat dan cepat tujuan akademik terbatas untuk tiap-tiap kelas. Dirasakan, itulah syarat pertama untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik. Mengerti apa yang mau diraih dan bagaimana cara mencapainya. Cara yang biasanya dipakai adalah prapelajaran. Pengajar menyiapkan para pelajar dengan baik untuk kegiatan mereka sendiri, yaitu belajar. Hanya dengan cara demikian dapat dihasilkan proses belajar yang baik dan pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang kuat. Kedua, tujuan belajar harus disesuaikan dengan para pelajar. Mereka mampu belajar banyak asal tidak dihujani berbagai bahan pada waktu yang sama. Jadi perhatian akan cakupan dan urutan menjadi amat penting sesuai dengan kemampuan setiap pelajar. Ketiga, asas giat diri dari pelajar disalurkan lewat ulangan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan, hal itu dimaksudkan untuk mendorong, membina, dan melestarikan usaha pelajar menjadi pandai. Ulangan-ulangan tidak dimaksudkan sebagai pengulangan yang membosankan dari bahan hafalan, tetapi kesempatan bagi pelajar untuk dapat berefleksi guna menyerap apa yang membingungkan atau menggugahnya saat mengikuti pelajaran. Keempat, tidak mungkin mencapai tujuan tanpa bertandang. Begitu pula mustahil berhasil bila tidak ada motivasi. Selain itu perlu diperhatikan, waktu belajar paling lama dua jam. Sesudah itu harus beristirahat. Perlu juga adanya keanekaragaman dalam kegiatan di ruang kelas. Terlalu banyak bahan dari satu macam hal akan mematikan semangat Sejauh mungkin belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan, baik secara lahir maupun batin. Apabila sejak awal perhatian para pelajar diarahkan kepada bahan yang akan dibahas, minat mereka kepada belajar dan menjadikan belajar sebagai kegiatan menarik.
Semua asas pedagogis itu kait-mengait. Hasil belajar betul-betul merupakan perkembangan yang dinyatakan dalam kebiasaan-kebiasaan dan ketrampilan-ketrampilan. Perilaku atau kebiasaan tidak ditimbulkan hanya karena memahami fakta atau prosedur, tetapi melalui menguasai dan mempribadikannya menjadi milik sendiri. Penguasaan atau mastering merupakan hasil usaha intelektual dan laihan secara terus-menerus. Namun hasil yang baik mustahil diraih apabila tidak ada motivasi yang memadai dari lingkungan insani yang menunjang refleksi.
Adapun tentang format, ada beberapa alternatif format rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dapat dipilih. Paling tidak ada dua format sebagaimana disajikan berikut (Muslich 2007b:55-58).
Format 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Standar Kompetensi : Kompetensi Dasar : Indikator : Alokasi Waktu : …… x …… menit (……pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran………………………….……………………………………………… B. Mated Pembelajaran ………………………………………..……………………………… C. Metode Pembelajaran ……………………………..………………………………..…….. D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran…………………………………………… Pertemuan 1: Kegiatan Awal: (Dilengkapi dengan alokasi waktu) Kegiatan Inti: (Dilengkapi dengan alokasi waktu) Kegiatan Pcnutup: (Dilengkapi dengan alokasi waktu) Pertemuan 2: Dan seterusnya. E. Sumber Belajar (disebutkan secara konkrit) F. Penilaian : Teknik, Bentuk Instrumen, Contoh Instrumen (soal/tugas)(ditambah kunci jawaban atau pedoman penilaian) …………,………….. Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kepala Sekolah |
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran : Satuan Pendidikan : Kelas/Semester : Mata Pembelajaran Pokok : Sub-Materi Pembelajaran : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Dasar B. Indikator Pencapaian Hasil Belajar C. Materi Pembelajaraan D. Sumber Pembelajaran E. Pelaksanaan Pembelajaran 1. Kegiatan a. Pendahuluan b. Kegiatan inti c. Penutup 2. Uraian | |||||||
No | Pertemuan ke | Indikator pencapaian hasil belajar | Materi pembeljaran | Metode yang dipakai | Saran/ sumber belajar | ||
3. Penilaian …………,………….. Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kepala Sekolah |
MODEL RPP BAHASA ARAB
Apabila dicermati, unsur-unsur utama pada kedua format RPP di atas sama. Akan tetapi, Format 2 yang disarankan. Untuk menghasilkan RPP Bahasa Arab yang praktis dan berkualitas, perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.
- Standar Kompetensi Bahan Kajian terdiri atas empat keterampilan, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
- Masing-masing topik yang terdapat dalam Standar Kompetensi perlu dikait-kan dengan keempat keterampilan bahasa tersebut.
- Kegiatan pembelajaran dirancang ber-dasarkan teknik pembelajaran empat keterampilan bahasa.
- RPP dibuat 1 buah untuk satu bulan (4 x pertemuan x 45 menit). Ini berarti apabila dalam satu semester jam efektif sekolah 5 bulan, maka hanya ada 5 RPP setiap semester.
- Setiap bulan ada 3 kali pertemuan untuk penyajian materi dan 1 kali untuk mereview materi yang sudah diberikan. Review dimaksudkan untuk belajar tuntas (mastery learning) melalui kegiatan permainan bahasa.
- Empat ketrampilan berbahasa: menyi-mak, berbicara, membaca, dan menulis dapat disajikan dalam 1 bulan secara bergantian atau bersama-sama.
- Materi pembelajaran dan materi untuk review perlu disajikan dalam lampiran.
PENUTUP
Penyelarasan materi dalam tulisan ini hanya sebatas topik dan kosakata matape-lajaran Bahasa Arab untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Oleh karena itu, penyelarasan materi masih perlu dikaji melalui tulisan yang lebih luas dan mendalam tentang komponen bahasa lainya dan keterampilan bahasa. Kurikulum bahasa Arab untuk TK atau RA dan MI kelas I, II, dan III juga perlu kajian tersendiri.
Agar target kurikulum bahasa Arab da-pat dicapai secara maksimal, dalam tulisan ini juga disajikan model RPP yang mudah dirancang dan mudah dilaksanakan karena merangkum empat keterampilan pada tiga pertemuan dan adanya review pada setiap pertemuan keempat. Selain itu, perlu adanya penerapan metode-metode baru yang membuat bahasa Arab disenangi dan dapat dikuasai siswa, dan dalam implementasi pembelajaran, input siswa pada setiap jenjang pendidikan pasti beragam kemampuannya dalam matape-lajaran bahasa Arab. Contoh, input MI berasal dari RA dan TK umum, MTs dari MI dan SD, MA dari MTs dan SMP. Oleh karena itu, perlu pretest dan matrikulasi.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, masih diperlukan kajian-kajian serupa, penyediaan bahan ajar yang mudah dan berkualitas serta pelatihan-pelatihan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bahasa Arab.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Agama Rl. 2004a Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Agama RI. 2004bKurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Agama RI.n2005.: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Drost, J. SJ..2005. Dari KBK (Kurikulum BertujuanKompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Khasairi, Moh. Dkk. 2002. Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah se-Wilayah Malang. Penelitian dengan dana DUE-like Program Studi Pendidikan Bahasa Arab FSUM.
Khasairi, Moh. Dan Kholisin. 2003. Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah se-Kota dan Kabupaten Malang. Penelitian dengan dana DUE-like Program Studi Pendidikan Bahasa Arab FS UM.
Krashen, S.D. and Tracy D. Terrell .1983.The Natural Approach: Language Acquisition in the Classroom. New York: Pergamon Press.
Muslich, Mansur.2001 aKTSP (Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pe-mahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Muslich, Mansur.2007b.KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensidan Konstektua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment